Rajawaliborneo.com. Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat – Warga Kecamatan Koto XI Tarusan, khususnya di Kampung Cumateh, menyuarakan kekecewaan mereka terhadap Proyek Daerah Irigasi (D.I) Sawah Laweh. Proyek yang berada di bawah pengawasan Kementerian PUPR Ditjen Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang ini, hingga kini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, terutama saluran primer yang belum terhubung setelah dua tahun. Minggu (22/09/2024).
Dok. Vidio Proyek Daerah Irigasi (D.I) Sawah Laweh.
Sejak proyek ini dimulai pada tahun 2022, masyarakat petani di Cumateh masih bergantung pada air tadah hujan untuk bercocok tanam. Saluran primer yang dibangun untuk mengalirkan air ke sawah warga hingga kini belum berfungsi, dan hal ini memicu kekecewaan mendalam di kalangan petani.
Warga juga menyoroti buruknya kualitas pembangunan, terutama pada oprit jalan yang ambruk akibat banjir. Lantai oprit yang tidak menggunakan besi wermes dan kepadatan tanah yang kurang menyebabkan konstruksi mudah rusak. Akibatnya, air dari saluran primer yang melimpah justru menggenangi pemukiman, bahkan hingga setinggi atap rumah warga.
“Kami sangat kecewa, ini sudah berjalan dua tahun, tetapi saluran irigasi tidak dapat kami nikmati. Kami merasa uang pajak yang kami bayar kepada negara tidak dikelola dengan baik,” ujar seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Awak Media Rajawaliborneo.com., pada 18 September.
Selain itu, ambruknya oprit jalan yang sering digunakan oleh anak sekolah menuju SMK 1 Tarusan menambah masalah bagi warga. Mereka kini harus memutar jauh karena perbaikan oprit yang tak kunjung dilakukan.
Pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang, melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Irigasi dan Rawa, Eka Hendra Irawan, ST.MT., menyatakan bahwa kerusakan tersebut disebabkan oleh bencana alam pada tahun 2022. Namun, hingga berita ini diterbitkan, belum ada perbaikan yang signifikan.
Pewarta : Syamson.