RajawaliBorneo.com – Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat – Ruas Jalan Nasional Muaro Kalaban – Kiliran Jao – batas Riau – batas Jambi, dalam beberapa bulan terakhir mendapat julukan “Jalan Seribu Lobang”. Pantauan dari tim RajawaliBorneo.com di lapangan mengonfirmasi laporan masyarakat terkait kondisi buruk jalan tersebut.
“Jalan seribu lobang,” demikian ungkapan yang muncul dari warga Sijunjung. Ruas Jalan Nasional Lintas Tengah PJN II PPK 2.2 di beberapa titik memang mengalami kerusakan parah. Banyaknya jalan yang berlubang diduga akibat kurangnya perawatan serta minimnya perhatian dari pihak terkait.
Tim investigasi kami menemukan bahwa julukan “jalan seribu lobang” ini bukanlah isapan jempol. Di sepanjang jalan tersebut, lubang besar dengan diameter lebih dari satu meter dan kedalaman sekitar 50 cm menjadi pemandangan yang biasa. Masyarakat bahkan menyebut jalan ini sebagai “jalan terbang” atau “jalan mabuk” karena pengendara, baik roda dua maupun roda empat, sering kali oleng saat melintasinya, seperti orang yang habis mabuk.
Kondisi ini semakin memprihatinkan ketika anak-anak sekolah yang melintasi jalan ini hampir mengalami kecelakaan. “Nyaris saja anak-anak sekolah terbang ketika melewati lubang-lubang besar tersebut,” ungkap salah seorang warga setempat.
Seyogianya, pihak PJN II segera mengambil inisiatif untuk memperbaiki kondisi jalan ini tanpa harus menunggu perintah dari atasan. “Apa lagi nama yang akan kami berikan untuk jalan ini? Mungkin saja ‘jalan lobang maut’,” imbuh warga dengan nada cemas.
Ruas jalan Muaro Kalaban – Kiliran Jao – batas Riau – batas Jambi ini sejatinya menggunakan anggaran APBN di bawah tanggung jawab PPK 2.2. Namun, Roly Ekianto, yang bertanggung jawab dalam proyek tersebut, dikabarkan enggan menanggapi informasi dari media.
RajawaliBorneo.com. telah berupaya menghubungi Kepala BPJN Wilayah Sumbar terkait kondisi jalan ini. Hingga saat ini, keluhan masyarakat tetap menjadi perhatian utama, namun perbaikan konkret di lapangan masih ditunggu-tunggu.
Pewarta : Syamson.